Suatu hari Rasulullah SAW berkumpul bersama para sahabat. Lalu beliau bersabda, "Maukah kamu aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu daripada berinfak dengan emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?"
Serempak para sahabat berkata, "Mau (wahai Rasulullah)!" Beliau pun bersabda, "Zikir kepada Allah Yang Maha Mulia." (HR at-Tirmidzi). Hadis tersebut tidaklah berarti meremehkan amal-amal saleh selain zikir. Tetapi, Rasulullah hanya menunjukkan betapa zikir merupakan asas yang sangat penting bagi semua amal ibadah.
Beribadah kepada Allah adalah mengingat-Nya. Sesungguhnya, zikir memiliki sederet keutamaan. Salah satu keutamaan berzikir adalah menenangkan hati atau jiwa. Jiwa manusia itu memerlukan berbagai 'konsumsi' bermanfaat yang dapat menguatkannya.
Banyak manusia mengalami penderitaan jiwa, sebab tak mau kembali kepada Allah. Mereka lebih suka lari dari masalah dengan mengonsumsi minuman keras atau narkotika. Akhirnya, mereka semakin sengsara.
Sesungguhnya penawar jiwa yang paling utama adalah zikir. "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram." (QS al-Ra'd (13): 28).
Dengan berzikir, dosa-dosa seorang hamba akan digugurkan oleh Allah dan akan diberi rahmat oleh-Nya. Salah satu bentuk zikir adalah beristighfar atau meminta ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat mencinta hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta ampun kepada-Nya. (QS Nuh (71) :10-12).
Selain diampuni segala dosa dan diberi rahmat, orang-orang yang senantiasa beristighfar juga akan dihindarkan dari azab Allah baik di dunia maupun di akhirat. "Dan Allah sekali-kali tak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun.'' (QS al-Anfaal (8): 33).
Banyak berzikir juga akan mendatangkan kemenangan dan keberuntungan. Dalam Islam, makna keberuntungan bukan hanya bersifat duniawi, tetapi juga ukhrawi. Keberuntungan ukhrawi selalu menjadi prioritas orang beriman, yang hanya diperoleh dengan cara mengingat Allah sebanyak-banyaknya. (QS al-Jumu'ah (62):10).
Sebaliknya, orang yang tak mengingat Allah akan selalu diganggu setan. Mereka yang tidak mau mengingat Allah, berarti mengikut hawa nafsunya. Siapa yang mengikut hawa nafsunya, berarti mengikuti langkah-langkah setan dalam kehidupannya.
Orang-orang yang betul-betul beriman senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apa pun. Kesibukan duniawi tak akan melalaikannya dari tetap berzikir kepada Allah. (QS an-Nur (24): 37). Mereka juga yakin sepenuh hati bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan segala amal perbuatan hambanya serta tak akan menyalahi janji-Nya.